Sperm pokeremas.com

Trailer GIRLS LOVE

Laura Bella ABG Cantik Nakal Pamer Toket Ranum Mulus

Laura Bella ABG Cantik Nakal Pamer Toket Ranum Mulus

Laura Bella ABG Cantik Nakal Pamer Toket Ranum Mulus


ABG, Ayam Kampus, Cewek Bispak, Cewek Bisyar, Cewek Facebook, Cewek Jablay, Foto, IGO


ABG, Ayam Kampus, Cewek Bispak, Cewek Bisyar, Cewek Facebook, Cewek Jablay, Foto, IGO


ABG, Ayam Kampus, Cewek Bispak, Cewek Bisyar, Cewek Facebook, Cewek Jablay, Foto, IGO


ABG, Ayam Kampus, Cewek Bispak, Cewek Bisyar, Cewek Facebook, Cewek Jablay, Foto, IGO


ABG, Ayam Kampus, Cewek Bispak, Cewek Bisyar, Cewek Facebook, Cewek Jablay, Foto, IGO
ABG, Ayam Kampus, Cewek Bispak, Cewek Bisyar, Cewek Facebook, Cewek Jablay, Foto, IGO

Ngentod Sama Yusi

3
Perkenalanku dengan Yussi bermula dari chatroom. Waktu itu tahun 2001 dan aku masih duduk di tingkat 3 sebuah PTS di Medan dan usiaku masih 20 tahun. Sedangkan Yussi sudah berumur 22 tahun dan duduk di bangku kuliah tingkat akhir universitas swasta Jakarta Jurusan Teknik. Kala itu Yussi masih bekerja di perusahaan telekomunikasi swasta sebagai seorang programer.
Perkenalanku dengan Yussi semakin akrab walaupun kami tidak pernah ketemuan atau copy darat (maklumlah dia di Jakarta sedangkan aku di Medan). Setelah persahabatan kami berjalan 2 tahun akhirnya kami mempunyai kesempatan untuk ber-copy darat. Waktu itu bulan Desember 2003 aku memperoleh kesempatan untuk berlibur di Jakarta.
Singkat cerita akupun sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada tgl 26 Desember 2003 dan dengan berbekal beberapa lembar foto kirimannya, aku sore harinya pergi ke Mall Taman Anggrek untuk menemuinya.
Pertama sekali kumelihatnya, aku sungguh terpana. Bagiku, Yussi lebih cantik aslinya ketimbang di fotonya. Ditunjang lagi oleh penampilannya yang semakin dewasa yang disesuaikan dengan profesinya kini sebagai programer software di PT JS di kawasan Gatot Subroto Jaksel. Hal ini membuat aku semakin tertarik dengannya dan membuat birahiku naik secara perlahan-lahan.
Setelah bertemu, kami berdua mengelilingi Taman Anggrek hingga malam dan dinner disana. Setelah dinner kami berkesempatan mengelilingi Jakarta dan akhirnya kami pulang dan kuantar dia sampai ke rumahnya di kawasan Duri Kepa Jakarta Barat.
Pertemuan itu membawa kenangan tersendiri bagiku dan oleh sebab itu aku kembali mengajak Yussi keluar jalan-jalan keesokan harinya yang bertepatan dengan malam minggu.
Keesokan harinya, pagi-pagi benar aku menjemput Yussi setelah itu kami pergi makan pagi bersama dan mengelilingi Jakarta beserta mallnya hingga jam 10 malam. Sebenarnya aku masih sangat ingin bersamanya hingga larut malam, namun Yussi menolak karena katanya tidak ada yang menjaga rumah, sebab Papa, Mama, Koko, Kakak ipar dan Dedenya sedang ke Bogor menghadiri kondangan familinya.
Sebenarnya aku kecewa juga mendengar penolakannya itu, tapi kekecewaanku ternyata tidak lama. Terbukti Yussi waktu itu langsung mengajakku untuk menginap di rumahnya, karena dia tidak berani tidur sendirian. Akupun tidak mengiyakan secara langsung penawarannya itu, aku berpikir beberapa menit. Setelah berpikir beberapa menit aku pun mengiyakan tawaran Yussi dan tampaknya ia sangat senang sekali. Akhirnya kami sampai di rumahnya pukul 10 lewat 30 malam.
Segera setelah turun dari mobil, Yussi membuka pintu pagar dan pintu rumah. Lalu akupun masuk ke dalam rumahnya yang lumayan besar itu dan menempelkan pantatku pada kursi sofa di ruang tamunya. Seketika itu pikiranku melayang-layang membayangkan seandainya aku dapat menyalurkan hasratku pada Yussi. Terus terang saja, selama ini aku selalu horny jika mendengar suara dari Yussi dan aku pun selalu beronani membayangkan sedang menyetubuhinya. Bahkan tidak jarang pada saat kutelepon dia, aku sedang naked dan beronani sambil bertelepon dengan dia dan Yussi pun tahu semuanya itu.
Setelah mengunci pintu rumahnya, Yussi permisi padaku untuk mandi dan aku pun mengiyakannya. Mendengar Yussi mau mandi pikiranku bertambah kotor setelah sebelumnya aku membayangkan bisa menyetubuhinya. Lalu dengan langkah berjingkat-jingkat kuikuti langkah Yussi yang berjalan ke arah kamar mandi di ruang makan hingga aku melihat Yussi masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya.
Akupun segera memutar otakku mencari celah agar dapat mengintip Yussi. Namun belum sempat aku mendapatkan cara mengintip yang pas, tiba-tiba Yussi keluar dari kamar mandi dengan naked dan berteriak karena ada kecoa. Aku yang melihat Yussi keluar dengan naked hanya bisa terpaku dan diam. Mataku langsung tertuju pada dua daging kenyal yang bergantung di dadanya. Sungguh indah sekali buah dada Yussi yang berukuran 34 A (kuketahui ukurannya, karena aku pernah menanyakan ukuran bra nya lewat SMS dan dia pun memberitahu aku) dengan putingnya yang berwarna kecoklatan. Ingin rasanya lidahku langsung menyeruput wilayah dadanya itu. Pandangan mataku kini tertuju pada lubang vaginanya yang ditumbuhi oleh ilalang asmara walaupun tidak begitu lebat. Penisku pun langsung bangkit dan berdiri tegak. Waktu itu yang hanya ada di pikiranku hanyalah bagaimana caraku untuk meniduri Yussi. Tanpa pikir panjang akupun mendekati Yussi dan kurangkul tubuhnya lalu kutempelkan bibirku pada bibirnya yang lembut mereka itu. Yussi tidak memberikan perlawanan bahkan ia pun mengulum bibirku.
“Ah..” dia mendesah.
Aku pun semakin berani setelah mendengar desahannya itu. Lidahku keluar masuk ke rongga mulutnya yang mungil dan tanganku pun bergerilya meremas-remas dan terkadang meraba-raba onggokan daging kenyal di dadanya sambil memilin-milin putingnya yang sudah mulai mengeras. Sementara itu ia juga mulai mencoba menarik resleting celanaku dan tanpa kesulitan dia berhasil menurunkan celanaku dan menarik kaosku serta melemparnya ke lantai kamar mandi. Saat itu, ia sedikit terkejut, ketika tanpa sengaja tangannya menyentuh penisku yang masih dilapisi oleh celdamku.
“Oh.. Very big buanget tongkolmu, Dave”
Aku hanya menanggapinya dengan senyum dan tanganku masih bekerja memilin-milin puting susunya. Ciumanku mulai kuarahkan ke lehernya dan terus turun ke bawah dan berhenti di bagian putingnya. Di sini aku permainkan putingnya yang indah itu dengan lidahku. Terkadang kuemut, kuhisap dan kugigit lembut putingnya itu, sehingga membuat Yussi tak kuasa untuk menahan hawa nafsunya yang sudah hampir meledak. Tampaknya ia juga sudah tidak sabar untuk melihat dan merasakan penisku karena Yussi sedang berusaha menarik turun sempakku. Dan kemudian tanpa halangan yang berarti Yussi akhirnya berhasil menurunkan celdamku.
“Jangan disini Yos, kita cari tempat yang enak, ok? Gimana kalau kita maen di kamar kamu Yos?”
“Oh iya.. Enakan di kamar gue. Kita bisa ngent*t sampe puas”.
Lalu kugendong tubuhnya ke loteng dan kubawa ke dalam kamar tidurnya dan selanjutnya kurebahkan tubuh bugilnya diatas ranjang alga yang empuk. Tanpa menunggu lebih lama lagi, segera kuhisap puting susunya yang sudah semakin mengeras lagi.
“Ah.. Dave,” pekiknya.
“Yos.. Toket loe indah buanget. Gue suka buanget sama toket loe,” celetekku dengan penuh nafsu.
“Terus Dave.. Oh.. Geli..” desahnya.
Mendengar desahannya aku semakin bernafsu. Lambat laun ciumanku merambat turun ke pusarnya lalu ke gundukan di selangkangannya. Kemudian kumainkan clitorisnya dengan lidahku dan aku terus memasukkan ujung lidahku ke dalam lubang vaginanya yang harum itu. Kemudian dia mengangkat pinggulnya dan berseru,
“Oh.. My god.. Is very great.. Oh.. God..”
Sementara aku masih mempermainkan wilayah vaginanya dengan lidahku, Yussi semakin kencang menggoyang-goyangkan pinggulnya, kemudian dengan tiba-tiba dia berteriak,
“Dave.. aku.. ke.. lu.. aarr..” dan seketika itu tubuh Yussi mengejang dan matanya terpejam.
Sementara itu di gua keramatnya terlihat cairan kewanitaannya membanjiri vaginanya. Kuhisap cairannya itu dan kurasakan manis bercampur asin dengan aroma yang wangi dan hangat. Kuhisap cairannya dengan rakus sampai habis dan tubuhku kembali merambat ke atas menghisap putingnya kembali yang tampak indah bagiku. Rasanya bibirku masih belum puas menyusui putingnya itu.
Tak lama kemudian kulihat Yussi kembali menggeliat-geliat dan mendesah-desah. Ia tampak terangsang kembali dan memintaku untuk segera memasukkan penisku yang berukuran 16 cm dengan diameter 3 cm ke dalam gua keramatnya yang sudah basah sekali.
“Ayo.. Dave.. Masukkan tongkolmu ke memiawku. Gue sudah enggak tahan lagi,” pintanya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi kuarahkan penisku ke dalam lubang vaginanya dan secara perlahan-lahan namun pasti penisku pun mulai menyeruak masuk ke dalam lubang vaginanya yang masih sempit (maklumlah Yussi masih virgin) dan akhirnya penisku berhasil masuk 3/4 ke dalam lubang vaginanya.
“Aduh.. Pelan-pelan ya, please,” erangnya sedikit tertahan.
Kembali kutekan penisku untuk masuk ke lubang vaginanya secara perlahan sehingga akhirnya aku berhasil memasukkan semua penisku ke dalam lubang vaginanya dan menyentuh dasar vaginanya.
“Oh.. Nikmat buanget..” katanya yang disertai dengan desahan halus.
Aku semakin bernafsu untuk menggenjotnya setelah mendengar desahan dan erangannya. Semakin dia mendesah, aku semakin mempercepat genjotanku di lubang vaginanya.
“Oh.. Dave.. ak.. uu.. suudahh.. ma.. uu.. kke.. luarr.. rr.. laggii..”
“Tahan Yos.. aku juga.. u.. da.. mau.. ke.. luuaarr, keluarkan di.. mana.. Yos?” tanyaku.
“Di.. Da..”
Belum sempat ia menjawab, aku sudah tak bisa menahannya lagi, sehingga akibatnya,
Crot.. Crot.. Crot.. Crot..!
Beberapa kali penisku menembakkan maniku yang banyak ke dalam lubang vaginanya dan saat itu juga aku merasakan cairan hangat Yussi beserta aliran darah perawannya menyelimuti batang penisku yang masih tegak di dalam vaginanya.
“Terima kasih Yos.. Kamu sudah memberikan aku kenikmatan malam ini..” ujarku sambil mengecup lembut bibirnya dan menarik keluar penisku.
“Aku juga ingin terima kasih ke kamu, karena telah memuaskan nafsuku untuk melakukan hubungan sex denganmu yang selama ini kupendam dalam anganku,” katanya tanpa malu-malu dengan mata yang sayu.
“Ayo.. Kita mandi berdua,” ajaknya sambil menarik tanganku.
Dan di kamar mandi itu, batang penisku kembali bereaksi ketika Yussi mengelus-elusnya. Tanpa malu-malu aku langsung menarik pinggang Yussi dan menyuruhnya menungging ke arahku. Aku pun secara perlahan lahan memasukkan penisku yang sudah menegang ke sela-sela pantatnya yang tidak begitu besar. Sejenak, Yussi tersentak, namun hal itu hanya berlangsung sebentar saja, karena Yussi kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya ketika dirasakan penisku sudah masuk semuanya ke dalam lubangnya.
“Ah.. Dave.. a.. kk.. uu.. ke.. ll.. uu.. aa.. rr.. l.. aa.. g.. ii..” erangnya dengan lembut.
“A.. k.. u.. juu.. ggaa..” kataku sambil menyemprotkan maniku ke lubang vaginanya kembali.
Setelah itu kami melanjutkan acara mandi kembali dan setelah mandi, sebelum tidur, aku mengent*tnya sekali lagi. Keesokan paginya pada saat aku bangun jam 7 pagi kembali kugenjot dia dan malam harinya kami kembali ber-ML ria..
Sungguh liburan yang berkesan dengan teman chatting. Terima kasih Yussi atas virginmu.

Mahasiswa Kampus Plus Plus

1
Gita memantapkan hati dan niatnya sebelum ia memasuki sebuah rumah mewah di depannya, namun ia berharap tak ada yang melihatnya memasuki tempat itu.
Sesampainya di dalam keraguan kembali muncul dihatinya,
“haruskah aku melakukan semua ini…?”
namun ia teringat akan segala kebutuhannya, ia tak punya uang lagi untuk memenuhinya.
ayahnya ditangkap polisi dengan tuduhan korupsi , seluruh harta orang tuanya disita, ibunya meninggal karena stress. Kini ia menjadi mantap, ia harus melakukan ini atau ia tak akan punya uang sepeser pun bahkan untuk membeli makanan
“cari siapa ya…?” seorang wanita setengah baya menyambutnya di depan pintu.
“anu..maaf…saya…mau cari pekerjaan…” kata gita.
“pekerjaan..?” wanita itu kelihatan heran dan sedikit curiga , ” disini….?”
gita sedikit bingung harus bicara apa.
“iya..pekerjaan…sebagai..emmm.sebagai…..” gita berusaha mencari kata kata yg tepat
“kamu tahu ini tempat apa….?” kata wanita itu bernada menyelidik
” ya..saya tahu….” gita mengangguk
“pernah melakukan ini sebelumnya..?” tanya wanita itu
gita menggelengkan kepala
“hmmm..kamu masih kuliah…..?”
“iya…..tapi saya….”
“butuh uang…..standar lah disini…” kata wanita itu memotong
“nama kamu siapa…?” tanya wanita itu sambil melambai memanggil seseorang
“gita…tante…..”
seorang wanita muda berpakaian sangat sexy datang mendekat
“nah..gita…..kamu tahu kan apa kerjaan di panti pijat..? setiap dapat klien kamu dibayar seratus ribu, kalo mereka mau dipijat bugil ada tambahan biaya…..”
panjang lebar wanita itu menjelaskan tentang upah gita selama ia bekerja ditempat itu.
setelah gita menyetujuinya ia menyuruh wanita muda tadi untuk membawa gita,
“susan, coba kamu bawa gita berkeliling “
sambil berkeliling memperlihatkan fasilitas panti pijat itu, susan juga mengingatkan jika terkadang ada klien yg permintaannya aneh aneh, bahkan sampai bondage.
mendengar cerita susan, gita kembali ragu, namun ia sudah terlanjur masuk ia bertekad akan menjalani semua ini.
gita sebenarnya gadis yg cukup cantik , meski nasibnya tak seindah wajahnya, wajahnya yg “innocence” membuat gemas banyak pria, rambut sebahu , buah dada 30B, dan pantatnya yg bulat sempurna, dengan penampilan seperti itu, bahkan gita lebih terlihat sebagai pelajar sma dibandingkan mahasiswi.
gita kemudian dibawa ke sebuah ruangan dimana telah menunggu seorang pria usia 30 tahunan.
“dia pemilik panti pijat ini….namanya oom bob” kata susan.
susan kemudian berbicara sejenak dengan bob , lalu meninggalkan gita berduaan disana.
“halo…saya bob….panggil saja oom bob….” kata bob sambil mengulurkan tangannya
“gita, oom…” jawab gita menyambut uluran tangan bob.
bob tidak segera melepaskan genggaman tangannya, ia menatap gita bagai sedang menaksir sebuah karya seni.
“ok kalau begitu…” katanya kemudian sambil melepaskan jabatan tangannya.
bob kemudian melepaskan satu persatu pakaiannya, sehingga ia telanjang bulat, penisnya kelihattan cukup besar, setidaknya membuat gita agak tercekat.
“nah gita..coba urut punya oom……”kata bob.
gita perlahan mendekat dan berlutut d antara kaki oom bob, kedua tangannya menggenggam penis bob, dan dengan gerakan yang teratur ia mulai memijit penis bob, naik turun.
Bob terlihat tersenyum dan puas dengan pijitan gita,
“coba pake mulut …..” perintahnya
gita dengan patuh memasukkan penis itu ke dalam mulutnya, dan menyusuri penis tersebut maju mundur dengan bibirnya, suara geraman dan kocokan berirama mengiri semua nya.
“uughh…you are….uughhh….” bob menggeram sambil meremas rambut gita sampai acak acakan.
gita terus melakukan oral dengan santai, ia sering melakukannya dengan mantan pacarnya dulu.
sampai beberapa lama akhirnya , penis oom bob menyemburkan cairannya, oom bob menahan kepala gita agar seluruh spermanya tertelan oleh gadis itu.
“hahahah..bagus..bagus…kamu berbakat juga ternyata…….hahahaha…kamu diterima……”
kata oom bob senang.
gita masih berlutut dilantai dan tertunduk malu, kini sudah tak mungkin lagi untuk kembali.
Sabtu malam adalah malam pertama gita menjalani pekerjaanya sebagai massage girl.
“anak anak….pak burhan sudah datang….” kata tante mirna sambil mengantar seseorang yg wajahnya sepertinya gita kenal, pak burhan adalah salah seorang pejabat pemerintah, dan wajahnya sering muncul di televisi menyuarakan gerakan moral , sangat bertolak belakang dengan apa yg dia lakukan sekarang.
sebagai pelanggan tetap tempat itu, mata pak burhan langsung menangkap barang baru di tempat itu.
tak mempedulikan godaan para perempuan lain , ia mendekati gita.
“hai…gadis manis….kamu siapa….?” tanya pak burhan….
“ehh..gita ..ehh..oom….”jawab gita
“baru ya disini…..” tanya pak burhan
“ini emang hari pertamanya dia oom…” susan yg menjawab
ditimpali dengan anggukan kepala gita.
“ooh…..bagus..ayo…..langsung ke dalam…oom udah pegel pegel nih…” kata pak burhan sambil menarik tangan gita masuk ke sebuah kamar.
gita sedikit senang dan gugup menghadapi pelanggan pertamanya.
“oom mau mandi dulu..?” tanya gita
“ga usah…langsung aja….”kata pak burhan sambil melepaskn seluruh pakaiannya, sementara gita merapikan tempat tidur dan baby oil.
“loo..kok bajunya ga dibuka…” kata pak burhan ketika melihat gita berdiri di sisi ranjang masih berpakaian lengkap.
“oom bukain ya…” kata pak burhan sambil membuka satu persatu kancing baju gita, dan melemparkan jatuh blouse gita, sambil melepas bra gita , pak burhan menyempatkan meremas sejenak buah dada gita yg menggiurkan itu, barulah ia kemudian melepas rok dan dalamn gita, sehingga gita pun kini tealnjang bulat.
pak burhan lalu berbarin telungkup di ranjang , dan gita mulai melakukan pemijatan. saat gita meratakan baby oil di punggung pak burhan dan memijat, pak burhan dengan santai mengajaknya mengobrol banyak hal, sehingga suasananya cukup cair., pak burhan tak henti henti memuji pijatan dan sentuhan gita.
kemudian pak burhan membalikkan badan, penisnya tegak tegang perkasa.
“pijat refleksinya dong ….” kata pak burhan sambil tersenyum, gita mengerti maksudnya.
giat mulai memijat mijat penis pak burhan, sementara pak burhan aktif meremas remas buah dada gita,
gita memijat, dan mengocok makin kuat saat rangsangan di buah dadanya membuatnya semakin terbang melayang.
gita kemudian menggantikan tangan dengan mulutnya, penis besar pak burhan kini memenuhi mulutnya,
dengan mulutnya ia menghisap dan bergerak naik turun menyusuri panjang penis itu.
“uagghhhh..gila….hebat kamu……” kaya pak burhan terlihat puas
gita terus mengocok, mengulum , dan menjilat penis itu sehingga membuat pak burhan semakin terbuai oleh kenikmatan.
tak butuh waktu lama sampai penis itu semakin mengang dan mengejang dan akhirnya menyemburkan seluruh isinya, gita membersihkan sisa sisa sperma dengan menjilatinya, membuat pak burhan semakin tertawa puas, ia pun memberi tip yang cukup besar.
malam pertama gita , ia harus melayani 6 orang tamu, namun hasil yg didapatkan cukup lumayan, ia tak akan menyesali keputusannya terjun ke dunia seperti ini.
———————————————————————————
malam mingu berikutnya, tante mirna menyuruh gita untuk memakai seragam sma, karena ada pelanggan yg menginginkan dipijat oleh gadis sma.
dengan wajah polos gita, tak sulit bagi gita untuk menjelma menjadi gadis sma.
malam itu gita memakai kemaja putih sma ketat dengan dua kancing atasnya dibuka, dan rok abu abu pendek, dibaliknya ia tak memakai apa apa lagi.
pukul 9 malam, pelanggan itu tiba, dan langsung terpana melihat kecantikan dan kemolekan gita yang terbalut seragam sma.
pelanggan yang dimaksud ternyata adalah pak chandra, ia adalah salah seroang konglomerat papan atas indonesia, beberapa hari lalu ia baru lolos dari tuduhan korupsi , maka hari ini ia ingin merayakannya.
“halo..saya chandra…..kamu pasti gita..?”
“betul oom….”
‘yukk….” pak chandra tak sabar membawa gita ke kamar.
“oom…mau mandi dulu……” tanya gita
“iya..tapi kamu lihat ya….” kata pak chandra sambil mencolek buah dada gita.
pak chandra pun mandi dengan pintu terbuka agar gita bisa melihatnya, dan ia meminta gita selagi ia mandi, gita harus melakukan rangsangan sendiri.
dan begitulah, sambil pak chandra di kamar mandi, gita mengelus ngelus pahanya sendiri sampai ke pangkal paha, menyibakan rok pendeknya, kemudian tangannya meremas remas buah dadanya sendiri sambil mengerang dan merintih..
“aahhhhh…awww,,,aauuhhh……..ahhhhhhhh…..”
ia membuka satu persatu kancing bajunya , memperlihatkan buah dadanya , meremasnya kembali dan memainkan putingnya.
“oooooh……..aaaahhhhh…ooouuhhhhh……awwww…….”
entah karena ia terangsang atau menjiwai , ia tak menyadari pak chandra mendekatinya, ia baru menyadari saat penis pak chandra sudah ada di depan mulutnya, tanpa membuang waktu sedetik pun , penis tersebut telah masuk ke mulut gita.
gita mulai memaju mundurkan kepalanya, memberikan sensasi kenikmatan pada penis pak chandra.
gita memainkan jurus jilatan dan hisapan mautnya , sampai akhirnya sperma pak chandra menyembur masuk ke mulutnya….
‘huhuhu..bagus..bagus…” kata pak chandra
pak chandra kemudian menerkam dan menindih tubuh gita, buah dada gadis itu diremas dan disedot sedotnya bagai bayi, membuat gita mengerang dan merintih…
“oooooh….oom……pelan….oom…….ahhhhhhhh..awhhhhh….”
pak chandra kemudian menyusuri lekuk lekuk tubuh gita dengan lidahnya, menimbulkan sensasi geli dan birahi pada gita.
“ooh….hihii..awahhh..geliii..aww…..oom….ahhh….oom…….”
gita semakin menggelinjang tak karuan saat sapuan lidah pak chandra mencapai klitorisnya, birahinya kini sudah hampir mencapai puncaknya.
puas menjilati dan meng “obok obok” tubuh gita , pak burhan menyuruh gita untuk bersiap dlm posisi doggy style.
setelah bersiap pada posisinya, dengan lembut dan perlahan pak chandra mulai memasukan penisnya,
dan mendorongnya perlahan, namun kian lama kian cepat.
sambil menggenjot gita, tangan pak chandra tidak menganggur, buah dada gita yg menggantung ia remas remas, bebrapa kali pantat gita ia pukul sampai memerah.
“aww…oom…….uuhhhh…pe…aahh..lan…….dong…ahhhhh…”
setiap sodokan pak chandra membuat gita semakin dekat pada orgasme, ia membenamkan wajahnya di bantal menahan suara rintihan dan erangan kenikmatan dari mulutnya.
“uughh…..gita…uughhh..kamu….hebat….ahhh….” geram pak chandra
keduanya menggeram dan mengerang menambah erotis suasana ruangan itu, smpai akhirnya keduanya bersamaan mencapai orgasme….
“aaaaaaaahhhhhh….aahhhhhhh…” gita berteriak panjang
lengan dan lutut gita melemah membuatnya ambruk di kasur dengan tubuh pak chandra diatasnya, dengan penis masih menancap, malam itu mereka akhiri dengan mandi bersama, di kamar mandi pak chandra masih sempat menyetubuhi gita dengan posisi berdiri, membuat seluruh tenaga gita habis malam itu.
tips dari pak chandra adalah yg paling besar dari semua tips yg ia terima, hal yg layak ia terima mengngat ia harus bekerja sangat keras, untunglah tante mirna mengerti keadaanya dan menyuruh gita beristirahat dan tidak menerima tamu dulu.

pak chandra dan pak burhan menjadi langganan tetap gita disana, mereka berdua tak mau dilayani siapapun kecuali gita.
sampai pada akhirnya pak burhan ingin memiliki gita hanya untuk miliknya, ia menebus gita dari tante mirna , dan menjadikan gita sebagai simpanannya sampai sekarang.
hal itu menjadi berkah tersendiri bagi gita, kini ia tak lagi khawatir akan kehabisan uang , rumah dan mobil pun kini ia punya, meski jauh dalam hatinya ia berharap ia bisa hidup normal dan menjalani kehidupan bekeluarga seperti halnya orang lain…..hanya saja…entah kapan……….

Cerita Sex: Dientot Dosen Bahasa Inggrisku

Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tung-kai, bibir yang cukup sensual (bila seorang pria yang memandang langsung terbayang keindahan mémék), rambut hitam lebat terjurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatku pun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.
cerita-sex-dientot-dosen-bahasa-inggriskuCerita Sex: Dientot Dosen Bahasa Inggrisku – Ist
Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas 3 sendiri atau kelas 1, aku sendiri waktu itu masih kelas 2. Cowok Cewek semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas 1 ke kelas 2.
Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar umurnya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.
Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-co-woknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat sexy karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.
Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi paaaa….aak”, dan dia membalas sembari tersenyum, “Ya, pagi, semua. Wah, kalian capek, ya, habis main volley”. Aku menjawab, “Iya, nih, pak lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya, Pak”, lalu dia ngomong lagi, “Iya, nanti jam setengah duabelas saya ngajar lagi, sekarang mau nagso dulu”, lalu aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju, “OK, boleh-boleh aja kalau kalian nggak keberatan”, !
aku dan teman-teman bilang, “Nggak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naaaaa…..aaa, betuuuuu….uuul. Setujuuuuuu………” Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku, “Alaaaa……., Etty, langsung, deh, deket-deket, jangan mau, Pak”, lalu Pak Freddy menjawab, “Ah ! Ya, ndak, apa-apa”.
Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikan salah satu kakiku berlagak akan membetulkan sepatu olah raga ku dan karena masih meng-gunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf, “Sorry, ya, Pak”, lalu dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.
Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada mama dan papaku untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau meng-erjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula mama/papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatangan ku. “Eeeeh, kamu, Et. Tumben, ada apa, kok, datang sendirian?” Aku menjawab, “Ah, enggak iseng aja.
Sekedar mau tahu aja rumah bapak”. Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Oooo, begitu. Ayo-lah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluan ku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok, sepi banget Pak, rumahnya”. Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”
Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et ?”, aku jawab, “Lumayan, Pak.” Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar, ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau ‘kan?” Langsung ‘ku jawab, “OK-OK aja, Pak.” Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja.
Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. ‘Ku lihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung ‘ku buka-buka. Aduh !!! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok/cewek pada ngentot dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati mémék …
…cewek dan cewek sedang mengisap kontol cowok yang besar, panjang dan kekar.
Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho !! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya.” Astaga !! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti…ti…tidak, eh, eng…..gggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maaa….aaa..aaf, ya, Pak.” Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah. Nggak apa-apa. Kamar saya berantakan. Nggak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk.” Syukur lah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.
Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya, Pak?” Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaaa…..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng.” Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan.” Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana.” Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emmmm……Ya, yang begituan, tuh. Emmmm…… Majalah jorok.” Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa
Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya. Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk.” Aku pun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan aku ambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu nggak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh mémék ku. Aku ingin merintih tetapi ‘ku tahan.
Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et.” Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutku pun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila dan rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah ,Aaaa…..aahhh, Hemmm……. Uuuuu…..uuuh.
Akhirnya aku lemas dan ku rebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya, “Enak, Et?” ‘ku jawab, “Lumayan, Pak.” Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus kontol yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah ngaceng habis. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta.
Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukan kontolnya ke dalam memek seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya, “Boleh saya seperti ini, Et?” Aku tak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk dihadapan mémékku. Tangan kiri berusaha membuka belahan mémékku yang rapat sedangkan tangan kanannya menggenggam kontolnya dan mengarahkan ke mémékku.
Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan kontolnya ke dalam mémékku yang masih rapat dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar mé-mékku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et.”, Aku tak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan akhhhh………. bukan main perihnya ketika batang kontol Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus kontolnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di mémék ku.
Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan kontol Pak Freddy mengocok mémékku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,……” Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan kontol Pak Freddy se- makin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam mémékku menggeliat-geliat dan berputar-putar. Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwwww…….. Pak Freddy semakin …
…memperkuat dan mempercepat kocokan kontolnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kutat dan terus semakin kuat sehinggi tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana-ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam mémékku Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan kontolnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah. Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu nggak apa-apa? Maaf, ya.” Sembari tersenyum aku menja- wab dengan lirih, “Nggak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini.” Dia berkata lagi, “Sama, saya juga.” Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.
Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku pak Freddy hanya menggu- nakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang ‘kan?” Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi dan kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menceboki mémékku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tak merasa jijik lagi memegan-megang dan membersihkan kontolnya yang perkasa itu.
Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan papa-mama dan nama baik seko- lah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.
Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk me-nikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sam-pai bocor. Sampai sekarang pun aku masih tetap menikmati entotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran dan pernah pula Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menik- mati dulu keganasan dan keperkasaan kontol guru bahasa Inggris ku itu. 

Cerita Dewasa: Gara-Gara Dosen Killer

Cerita Dewasa: Gara-Gara Dosen Killer – Saya tinggal di sebuah kota kecil dekat Jakarta. Waktu itu tahun 1984 dan saya baru kuliah tingkat I. Hari itu saya kesel berat sama dosen, yang selain killer juga asli egois. Saya yang sehari-hari terkenal sebagai mahasiswa yang disenangi oleh para dosen-meskipun bukan terbaik, dibikin malu hampir seluruh kampus. Dia bilang bahwa saya adalah orang yang tidak bisa dipercaya, karena diberi tugas tidak melapor. Padahal saya sudah menunggu di depan kantornya lebih dari 2 jam untuk memberikan laporan, dia malah tidur di ruang dosen! Saya kecewa berat, lalu pulang ke asrama.
cerita-dewasa-gara-gara-dosen-killerCerita Dewasa: Gara-Gara Dosen Killer – Ist
Sepanjang siang saya tidak bisa istirahat memikirkan si dosen killer. Sorenya saya pergi ke kota B untuk mencari hiburan. Saya tidak tau hiburan apa, yang penting saya berada jauh dari asrama. Untuk sampai ke kota B orang harus naik ojek, karena angkutan umum sangat jarang. Jadi saya bisa pastikan teman-teman tidak akan ada yang mergoki kalau saya lagi senewen begini. Saya lalu nonton film. Sesuatu yang jarang saya lakukan. Saya tidak ingat judulnya apa, tapi yang saya ingat film itu agak hot, banyak adegan ranjangnya.
Sambil nonton film saya juga beranikan diri minum bir. Ini pertama kali dalam hidup saya, karena saya tinggal dalam lingkungan yang ketat. Mungkin karena saya serius nonton film, atau mungkin juga pengaruh bir, perlahan-lahan beban akibat si killer hilang juga. Yang tinggal adalah perasaan birahi karena pengaruh film. Abis nonton, saya terpaku di depan bioskop. Jam di tangan saya menunjukkan pukul 21.00. Masih sore, saya pikir. Lagipula saya malas pulang ke kampus, masih kesal dengan suasananya. Tapi mau kemana? Akhirnya saya mengayunkan langkah juga ke arah stasiun kereta api, dekat jalan tempat para ojek menunggu.
Sampai di stasiun suasananya sepi. Saya duduk di bangku panjang tempat para penumpang menunggu kereta api. Saya menyalakan rokok. Menghisapnya dalam- dalam. “Sendirian aja mas?” tiba-tiba ada suara menyapa. Saya terkejut dari lamunan dan menoleh ke kiri. Seorang gadis cantik, sekitar 10 tahun lebih tua dari saya, berpakaian seronok berdiri memandang saya dengan senyum menggoda. Di tangan kirinya memegang sebatang rokok. Wah, ini pasti WTS pikirku.
Saya memang sering dengar bahwa di dekat stasiun ini banyak WTS berkeliaran. Tempat operasi mereka biasanya di gerbong kereta barang yang lagi langsir. “Oh.. eh.. ya..” jawab saya gugup sambil menengok ke arah gerbong kereta yang di parkir di samping stasiun. Agak gelap dan banyak bayangan berkelebat di sana. Sesekali terdengar suara perempuan cekikikan. “Boleh saya temani..?” tanyanya. “Silakan… silakan..” kata saya sambil menggeser tempat duduk.
Saya jadi deg-degan. Meskipun saya terhitung tidak canggung sama teman- teman cewek, tapi untuk seseorang yang lebih agresif kayak gini saya jadi panas dingin rasanya. “Pulangnya kemana?” tanyanya sambil meletakkan pantatnya yang kencang dan hanya ditutup oleh rok hitam pendek. Pahanya langsung terlihat ketika ia menyilangkan kakinya. Mulus dan bersih. Wangi parfum murah menusuk hidung saya. “Ee.. ke kampus.” jawab saya polos. Saya lihat bibirnya yang berlipstik tebal tersenyum nakal menghembuskan asap rokok ke arah saya. Gila, berani betul ini cewek.
Matanya memperhatikan saya dari atas ke bawah. Rambutnya panjang sebahu dan ujungnya menutupi ketiaknya yang tidak tertutup baju. Ia memakai baju hitam tak berlengan dengan belahan sangat rendah. Terlihat belahan putih dadanya yang menyembul dibalik bajunya. “Ooo.. mahasiswa yaa?” tanyanya cuek. “Payah..” “Kenapa?” saya balik bertanya. “Duitnya tipis” jawabnya sambil ketawa. “Tapi ‘kan otaknya encer” kilah saya nggak mau kalah. “Percuma.
Lagian nggak tahan lama” katanya sambil membuang puntung rokok ke arah rel kereta api. “Apanya?” “Goyangnya” jawabnya sambil memencet hidung saya. Gila. Pikiran saya ternyata benar. Dia termasuk salah satu “penghuni” gerbong nganggur itu. “Emangnya kenapa?” saya jadi tertarik untuk menggoda. “Ya nggak enak donk. Udah dibayar murah, nggak puas lagi” Saya hampir kehabisan jawaban. Terus terang saya nggak pengalaman dalam soal beginian. Saya beranikan diri mengusap tangan kirinya yang putih mulus. Ia cuek saja. Benda dibalik celana saya kontan bergerak naik. “Kan bisa belajar….biar bisa lebih lama” kata saya. Ketemu juga. “Enak saja.. emangnya kuliah” katanya. Bibirnya mencibir manja.
Lalu ia menepis tangan kanan saya yang asik mengelus tangan kirinya. “Kan bisa jadi langganan” kata saya sambil pindah mengelus bahunya. “Biasanya berapa satu rit?” penis saya makin tegang. “Tergantung. Kalau biasa-biasa aja sih cuma 20 ribu” Ia menepis tangan saya dari bahunya. “Mahal amat… Eh, yang biasa-biasa itu gimana?” “Yaa..begitu deh. Celentang, tancep, goyang, selesai” katanya cekikikan. Rupanya ia ketemu orang yang baru tau soal begituan. “Kalau yang nggak biasa?” tanyaku ingin tau. “Emangnya situ belom tau ya? Payah amat sih. Enak lho,…. diginiin nih” katanya sambil memasukkan jari telunjuk kanannya ke dalam mulutnya sendiri, lalu dimaju mundurkan. “Hah, diisep? Astaga..” Saya terkejut. “Apa situ nggak muntah?” “Waktu pertama sih jijik juga.
Abis bayarnya mahal, lama-kelamaan suka juga. Enak malah. Kalau yang masih muda sih, biasanya saya telen. Obat amet muda..hi..hi..” Saya bergidik. “Kayak saya?” “Kalau situ mau. Tapi bayarnya 2 kali lipat” “Nggak ah. Kalau gratis sih mau. Kan promosi” “Huh! Maunya!” katanya. Iapun berdiri dan meninggalkan saya. “Mau kemana?” tanya saya sambil berusaha menangkap lengannya. “Cari langganan. Situ mau nggak?” “Ogah. Kalau gratis sih mau” “Gini saja deh,” katanya mengalah “Situ bayar biasa, tapi saya kasih yang istimewa. Itung-itung promosi.. gimana?” Kini ganti tangannya menarik-narik tanganku.
Dengan setengah malas saya bangun dari duduk mengikuti tarikannya. “Ee.. ee.. ntar.. ” “Ntar apanya?” tanyanya sambil tetap menarik tangan saya. Akhirnya saya berjalan juga mengikuti langkahnya. Batin saya berkecamuk. Saya belum siap untuk ini. Tapi gairah dalam diri saya sudah naik sejak nonton tadi. Benda kecil dalam celana saya pun sudah tegang. Saya mengikuti langkahnya melewati gerbong-gerbong kereta barang. Dalam remang-reman saya melihat dalam gerbong-gerbong itu diterangi lilin. Banyak perempuan dengan pakaian yang mirip dengan cewek ini sedang duduk-duduk.
Ada yang sudah ditemani laki-laki. Sesekali terdengar tawa mereka. “Hei Marni, hebat lu. Waya gini udah dapet!” Seorang dari mereka meneriaki cewek yang bersama saya. Rupanya cewek ini namanya Marni. Ia cuek saja dan terus menarik tanganku berjalan ke ujung gerbong. “Kita mau kemana?” tanya saya. Suara saya bergetar. Gugup. “Tenang aja. Kita pilih tempat yang paling sip.” Tiba di gerbong terakhir ia berhenti. Ia naik ke pintu gerbong yang memang tidak berpintu. Karena tinggi ia berpegang ke pundak saya. Saya mencoba membantu dengan mendorong pantatnya. Empuk sekali. Tiba di dalam ia menggeser karton bekas untuk menutup pintu kiri dan kanan gerbong.
Dalam gerbong hanya ada sebatang lilin, tapi cahayanya cukup untuk menerangi seluruh ruangan gerbong. Di sudut lantai gerbong terhampar satu tikar lampit lusuh. Nampaknya sudah sering dipakai untuk operasi. Tanpa canggung Marni
mulai melepas pakaiannya satu persatu. Pertama bajunya. Lalu roknya. Terus behanya yang berwarna hitam. Begitu behanya terlepas, payudaranya langsung menyembul dan bergoyang indah mengikuti gerakan badannya. Putih, mulus dan kencang. Putingnya terlihat mungil dan indah.
Tanpa menghiraukan saya yang masih bengong ia pun membuka celana dalamnya yang juga berwarna hitam, dan dilemparkannya ke tumpukan pakaiannya. Saya terpesona. Kaget. Tidak mengira sedemikian cepat prosesnya. Di hadapan saya kini ada sesosok tubuh wanita cantik dan putih telanjang bulat, tanpa sehelai benangpun menutupinya. Begitu indahnya. Pandangan saya langsung ke selangkangannya yang berbentuk segitiga dengan rambutnya yang lebat. Saya menelan ludah berkali-kali. Ngiler. “Koq bengong? Mau dibukain?” tanyanya membuyarkan keterpesonaanku. “Eh sorry..” kata saya sambil mempreteli pakaian saya satu per satu.
Saking terburu-buru saya hampir terjatuh. Ia cekikikan. Saya buka semuanya, tinggal celana dalam saya yang sudah mulai basah di bagian depan karena menahan napsu dari tadi. Batang kemaluan saya yang sudah tegak menonjol ke depan. Saya ragu. “Ayo dong, semuanya” katanya sambil membungkuk, mencengkeram dan memelorotkan celana dalamku. Penis saya yang tadi tertahan jadi melonjak keluar begitu celana dalam saya turun. “Waw…, gede juga” serunya, sambil mencengkeram penis saya dengan tangan kanannya. Saya terkejut.
Berani betul orang ini. Sudah nggak ada malunya lagi. “Sini” katanya sambil membimbing duduk menyandar ke dinding gerbong, sambil tetap memegang penis saya yang tegang. Permukaan tikar lusuh menggesek kulit pantatku. Ia berlutuh dihadapanku dan membuka kedua pahaku. Penisku yang tegang digenggamnya dengan kedua tangannya yang halus dan mengocoknya pelan.
Tampaknya ia memang profesional. Lalu sambil tersenyum kepadaku ia menundukkan kepalanya, membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya ke arah penisku… “Ahhh…” hanya itu yang terucap ketika ia mulai menjilat kemaluanku dari kantong pelir sampai ke helmnya. Ia berhenti sejenak dan tersenyum kepadaku. Lalu menjilat lagi dengan lancar, turun naik searah batang kemaluanku, kiri dan kanan. Saya hampir tidak percaya melihatnya. Rasa geli dan nikmat bercampur jadi satu.
Cairan bening yang keluar dari batangku sudah bercampur dengan ludahnya. Ia lalu memasukkan batang kemaluanku perlahan-lahan ke dalam mulutnya. “Ahhh… nikmaaa…..tth” lirihku ketika ia mulai menyedot-nyedot batangku, mulutnya mundur maju memasukkan dan mengeluarkan batang itu tanpa mengenai giginya, tanpa rasa geli sedikitpun, sambil tangannya menekan selangkanganku. Gila! Begini nikmat rupanya rasa orang bersetubuh.
Tangankupun sudah tidak tinggal diam. Kuusap bahunya, kepalanya, payudaranya kuremas-remas, putingnya kupelintir. Kala ia menyedot batangku kuat, kupegang kepalanya… “ah..ahh..aaaaahhh.. enak… ahh..” Ia tak bersuara tapi terus saja menyedot-nyedot batangku. Lidahnya Hanya sesekali suaranya bergumam “mmmfh…mmmf…” Terkadang ia menjilati kepala batangku. Lidahnya berputari mengitari helm penisku yang telah mengkilat itu. Lalu memonyongkan bibirnya, mengecup dan menyedot-nyedotnya dengan nafsu. Lalu memasukkan dan mengeluarkannya kembali.
Hebat. Keringat telah mengucur dari badanku. Lama- kelamaan saya tidak kuat. Ia makin cepat menyedot-nyedot batang kemaluanku dengan sangat nafsu. Kali ini ia memutar-mutar kepalanya. Kemaluanku terasa dipelintir dan dipijat- pijat. Nikmat sekali. “Ahh…ahh.. terus.. . enak… aduh… nikmaat… ahhh … aaaaaah…..sshh” Kakiku kelojotan dan kepalaku menggeleng kiri-kanan. Kepalanya kucengkeram sambil mengikutinya mengulum-ngulum batangku.
Tidak ada tanda-tanda ia akan berhenti, malah tambah cepat. Edan! Apa mungkin ia aku akan ejakulasi di mulutnya? Kayaknya sih begitu. “Ah.. ahhh.. Cret! Creett! Crott! Aaaaaaaaahh…”. Kuangkat pantatku sambil menekan kepalanya. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaw… Cret! Cret! Crott!” Ya ampun! Batangku memuntahkan air mani beberapa kali dalam mulutnya. Ia menyedot dengan napsu dan berkali-kali menelannya tanpa rasa jijik sedikitpun. Bahkan yang berceceran di batangku pun dijilatinya hingga licin, dan ditelannya. “Hmm.. mmmm…” Gumaman itu saja yang keluar dari mulutnya. Saya terhempas lunglai dan ia terus menjilati kemaluanku seperti tak pernah puas.
Ia mengangkat mukanya dan tersenyum kearahku sambil menjilati air mani yang masih tersisa di bibirnya. Gila ini orang! “Enak kan?!” Tanyanya. Saya tidak menjawab, tapi hanya mengacungkan jempolku. Ia lalu menarik tanganku, menyuruhku berdiri. Saya berdiri dan ganti ia duduk bersandar. Tak berkedip aku menatapnya. Tubuhnya begitu putih, indah, padat dan menggairahkan. Payudaranya montok menggantung dan menantang dengan putting yang mungil ditengah lingkaran kecoklatan. “Gantian” katanya. Hah?! “Apa?” tanyaku tak percaya. “Gantian dong. Sekarang situ yang kenyot nonok saya” katanya. Gila! Ini persetubuhanku yang pertama, tapi sudah disuruh menghisap vagina perempuan. Bagaimana caranya?
Supaya ia tidak kecewa saya lalu berlutut diantara kakinya. Kuusap kedua pahanya yang putih mulus dengan kedua tangan. Tak percaya rasanya malam ini saya benar-benar menyetubuhi wanita. Sebelumnya saya hanya menyaksikan tubuh wanita lewat film-film BF. Ia tertawa melihat kemaluan saya yang mengecil. Saya lalu mendekati kemaluannya. Saya lihat jembutnya begitu tebal dan indah menghiasi barangnya. Tapi kemudian ia memegang kepala saya dan menariknya ke arah dadanya. “Ini dulu” katanya. Saya tidak menolak. Saya meremas kedua teteknya yang kenyal dan dan kencang itu dengan lembut dan mulai mengulum pentil kanannya. “Ahhh… ” lirihnya lembut.
Saya memutar lidah menggelitik putting itu. Ia menggelinjang kegelian. Lalu kusedot-sedot seperti bayi menyusu. “Ahh… ahhh.. terus …yang kiri..” Akupun pindah, menyedot pentil sebelah kiri, sambil terus meremas. Tangan kanannya memegang kepalaku sedang yang kiri menjamah batangku, mengurutnya dengan gemas. Kontan batangku yang tadinya kecil mulai mengeras lagi. “Asyiiik… keras lagi… ah… ah” lirihnya girang sambil menikmati hisapanku di buah dadanya. Ia semakin semangat mengurut penisku. Cairan mulai keluar lagi dari ujung helmnya. Aku kemudian berganti- ganti kiri dan kanan menghis! ap teteknya. Ia menikmatinya dan matanya terpejam saking nikmatnya. “Turun” katanya pendek.
Sayapun menurunkan kepala saya ke arah perut dan terus kebawah. Tangannya terlepas dari batang kemaluanku. Tangan saya mengelus pinggangnya kiri kanan. Kini saya berada tepat di atas kemaluannya yang berambut tebal itu. Bau aneh saya rasakan tapi saya tidak perduli. Nafsu saya sudah naik lagi. Ini kesempatanku untuk tahu bagaimana rasanya menghisap kemaluan perempuan. Saya menyibak rambut hitam lebat yang menutupi vaginanya. Karena gelap, saya tidak bisa melihat dengan jelas. Karena itu saya coba merabanya. “Ooooh…” ia mengerang lembut. Terasa ada cairan basah di bawah belahan vaginanya. Saya mengusap-usap bibir labianya. Pinggulnya bergoyang menahan geli. “Jilat dong… ooohh..” pintanya lirih.
Saya mulai menyentuh bibir vaginanya yang basah itu. Terasa lembut, asin dan kenyal. “Nahhh… gitu… hhh… aw… geli… enak… oooohh…” rintihnya. Kini bibirku yang mengecup, mengulum dan menyedotnya seperti mencium dan memagut bibir wanita. Ia menggelinjang, menggoyang pantatnya, kegelian. “Terusssh… ahhh… ahhh… ahh” Tangannya turun membantu menarik selangkangannya, sehingga bibir vaginanya ikut terjewer. “Atasnya… atasnya… hisaaap… ohhh” Aku tidak tahu yang mana yang atasnya.
Yang aku tahu adalah ujung atas bibir kemaluannya. Kecil, sebesar biji kacang. Mungkin ini yang disebut kelentit. Kumainkan dengan telunjuk, kuhisap dan kukenyot-kenyot. Ternyata benar, reaksinya luar biasa. “Aaawww… ahh.. iya.. ituu… ahh.. teruuuuss… ssstt… enaaaak…” rintihnya keras sambil menggoyang pinggulnya. Ia lalu menaikkan kakinya dan kedua belakang lututnya mampir dipundakku.
Aku semakin hot. Lalu silih berganti, kujilat vaginanya dan kuhisap kelentitnya. Rasa asin ! cairan yang keluar dari vaginanya itu tidak kuperdulikan lagi bahkan kadang kutelan karena napsuku yang membara. Kemaluanku sudah tegang lagi, siap untuk babak berikutnya. Tiba-tiba ia menurunkan kakinya dan menarik kepalaku dengan tangannya. “Nggak tahan…” katanya. Lalu bangkit berdiri dan menyuruhku duduk menyandar seperti tadi. Aku menurut saja. Batang penisku kelihatan berdiri tegak dan garang seperti menara. Ia lalu duduk menghadapku mengangkangi pinggulku.
Dicengkeramnya penisku dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang bahu kiriku. Lalu digosok-gosok ujung penisku itu di permukaan kemaluannya dan kelentitnya. Aku terangsang hebat dan meremas kedua payudaranya yang bergelayut di depan mukaku. Kuhisap dan kukenyot pentilnya berganti-ganti. Dengan penuh napsu ia mulai menurunkan badannya dan membimbing batang penisku masuk ke dalam vaginanya. “Blesss… ” Penisku langsung amblas.
Aku merasakan lubang kemaluannya hangat dan berdenyut hebat. Nikmat sekali. Antara geli dan hangat. Ia mengangkat pantatnya perlahan lalu menurunkannya lagi. Akhirnya ia seperti main kuda-kudaan, mengangkat dan menurunkan pantatnya dengan cepat, hin! gga selangkangannya beradu dengan selangkanganku dan mengeluarkan suara keras. “Plok …plok… plak… plak…” Mulutnya merintih-rintih dan mencari mulutku. Segera kusambut dengan pagutan penuh napsu. Lidahnya meliuk- liuk ke dalam mulutku. Kadang-kadang bibirku dikenyotnya. Napsu kami sudah begitu membara dan hanya itu cara melampiaskannya. Aku merasakan penisku seperti diurut-urut. Apalagi ketika pinggulnya melakukan gerakan memutar.
Ya ampun nikmatnya. Terasa dipilin-pilin. Tanganku pun jadi liar, meremas-remas pantatnya yang kencang dan padat itu. Kadang-kadang mengusap badan belakangnya. Ia memegang kedua payudaranya dan memasukkan mukaku diantaranya. Hangat dan kenyal. Aku gesek-gesekkan kedua pipiku di antara dua bukit daging itu. Ia pun semakin napsu menggoyang pantatnya. Kepalanya sering
terkulai kebelakang saking nikmatnya. “Ahh.. ahh.. ooo… aww… kontolnya… besaar… enaakk…” Tiba-tiba ia berhenti.
Tanpa mencabut kemaluanku, badannya berputar dan kini membelakangiku. Dengan bertumpu ke kedua lututku ia menggenjot lagi pantatnya turun naik. Mulutnya merintih lagi.. “Ahh… ahh… enaak… nikmaat… aww… terussshh…” Gila. Kini kemaluanku terasa sekali menggesek dinding vaginanya. Rasanya menggerinjal memijit-mijit kulit atas batang penisku. Pemandangan didepankupun demikian indahnya.
Pantatnya yang putih dan montok menghadap wajahku. Ditengahnya lubang dubur yang kehitam-hitaman dan dibawahnya lubang kemaluannya sedang asik menghisap-hisap batang penisku. Aku meremas-remas pantat montok itu dan kedua ibu jariku menarik kedua bibir pantatnya didekat vaginanya. Kelihatan penisku sedang mengebor lubangnya maju mundur dengan gagah dan garang. Batangnya licin dan mengkilat karena dibasahi cairan kami yang sudah bercampur jadi satu. Nikmatnya sulit dilukiskan kata-kata. Lalu ia menegakkan badannya dan melipat kakinya.
Posisinya jadi berlutut membelaka! ngiku. Dengan santai ia merebahkan badannya ke belakang, ke arah dadaku. Dengan bertumpu kedua tangannya ia mengayuh lagi. “Ahh… nikmatnyaa… uhhh… kontolnya…. besarr… hh…. enaaak…” Batang kemaluanku kini keluar masuk dengan ujung helmnya menelusuri dinding depan lobang vaginanya. Tak terkatakan betapa geli dan enak bersetubuh seperti ini. Pantatnya kini beradu dengan selangkanganku dan menimbulkan suara keplok, menambah semangatku untuk menggenjotnya.. Cewek ini benar-benar profesional dan tahu banyak cara bersetubuh.
Tanganku meraih buah dadanya dari bawah ketiaknya. Kuremas-remas dengan gemas dan penuh napsu. Ia memalingkan kepalanya keaarah wajahku dengan bibir terbuka. Segera kusambut dengan bibirku. Kami berpagutan sekenanya karena kepalanya bergoyang-goyang mengikuti irama pinggulnya. Benar-benar nikmat. Beberapa saat kemudian dia berhenti lagi. Tepat saya hampir mencapai klimaks. Ia seperti tahu bahwa aku mau keluar.
Mau apa lagi ni orang , fikirku. Ternyata ia berdiri dengan cepat dan meninggalkan batang kemaluanku yang bergoyang seperti bandulan. Tegak dan keras, tapi mengkilat dan basah oleh cairan. Ia menarik tanganku sebagai isyarat agar bangun. Aku pun berdiri mengikuti tarikannya. Lalu ia bersandar di dinding gerbong dan mengangkat kaki kirinya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menarik bahuku. “Ayo masukin…hhh …” perintahnya pendek. Diamput! Ini benar-benar malam istimewa.
Baru pertama kali bersetubuh sudah diajari bermacam-macam gaya untuk mendapat kenikmatan. Akupun merendahkan tubuhku agar burungku bisa masuk dari bawah. Kaki kirinya melingkar ke pinggulku dibantu oleh tangan kirinya. Tangan kanannya melingkar di bahuku dan mulutnya mencari-cari bibirku. Dengan menuntun batangku dengan tangan kananku kutempelkan ujung helm penisku itu di depan liang vaginanya. “Bless… clep… clep…” Dalam sekejap batang penisku langsung menancap sarungnya. “Aaaawww….” jeritnya merintih, merasakan kenikmatan yang dialaminya. Kini batangku merasakan seluruh dinding vaginanya seperti memijit mijit. Geli dan nikmat. Sedangkan bulu-bulu kemaluannya menggelitik selangkanganku. Aku tidak perduli. Aku merasa dorongan dalam diriku seperti tidak tertahan. Aku mungkin akan orgasme.
Aku memagut bibirnya dengan kuat. Kembali lidahnya meliuk-liuk liar dalam mulutku. Ketika lidahnya ditarik, ganti lidahku yang menjelajah dalam mulutnya. Begitu terus. Kedua tanganku meraih pantatnya yang kencang dan menekannya kearah selangkanganku. Lalu kugenjot dengan irama yang teratur. Matanya terpejam, tak kuasa menahan rasa enak yang datang dari vaginanya. “Mmmmfff… mmmfff…” Ia merintih tertahan, karena mulutnya tersumpal lidah dan bibirku. Ini tidak berlangsung lama karena kaki kanannya mulai bergetar. Akupun merasa lututku lelah. Gejolak menuju puncak kenikmatan jadi tertahan karena pegal. Perlahan-lahan kucabut batangku dan iapun menurunkan kaki kirinya.
Mulutnya masih memagut bibirku, seperti takut kehilangan. Akupun tak mau melepaskannya dan memeluknya erat-erat. Mesra sekali rasanya. Batang kemaluanku tertekan diantara perutku dan perutnya. Ia lalu menggoyang badannya kiri dan kanan, menggesek batang penisku keperutnya. Amboi! Ia lalu melepaskan ciumannya dan merebahkan badannya celentang dengan kaki terbuka lebar. Vaginanya jadi terlihat jelas dibawah rimba hitamnya. “Ayoh.. hhh… terusin… ” katanya. Ia pun nampaknya sudah hampir mencapai klimaks. Tanpa menunggu perintah dua kali akupun menindihnya.
This is the real ecstasy, fikirku. Dengan memagut bibirnya dan mendekap erat tubuhnya aku berusaha memasukkan penisku yang masih tegang itu ke dalam vaginanya. Tanpa dituntun, kali ini batang kemaluanku nampaknya sudah hafal menuju tujuannya sendiri. “Blesss……….” Amblas lagi, tanpa rintangan sedikitpun. “Ahhh…. ” rintihnya lepas. Kedua kakinya melingkar di belakang pinggulku. Aku berhenti sejenak untuk melepskan pegal, tapi ia menggoyang-goyang pinggulnya, tanda ingin digenjot. Akupun menggenjotnya turun naik. Makin lama makin cepat.
Ciuman dibibirkupun makin menggila. Aku jadi ikut memutar pinggulku mengiringi putaran pinggulnya. Suara yang timbul pun ramai. “Plak.. plok… plak… plok…” ! Kali ini aku tidak tahan lagi. Nampaknya iapun begitu. “Aaaaaw…. ah! ah! ah!” Tiba- tiba ia mengejang dan mendekapku kuat- kuat. Tangannya mencengkeram rambutku. Bibirnya memagutku liar. Kedua kakinya yang melingkar di pinggulku menekan kuat. Vaginanya seprti menyedot batangku dengan kuat. Seiring dengan itu Cret! Cret! Cret! Cret! Kurasakan batangku tersiram cairan hangat didalam vaginanya. “Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….!” jeritnya. Aku membalasnya dengan menghunjam penisku sedalam-dalamnya. Aku orgasme! Cret! Cret! Cret! Nikmat! “Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….”
Kutembakkan seluruh air maniku ke dalam vaginanya. Aku terhempas dalam lautan kenikmatan yang tiada duanya. Aku terkapar dengan kepuasan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Diatas tubuh molek dan montok tak tertutup selembar benangpun. Aku hampir tertidur di atas tubuh bugilnya jika ia tidak membangunkanku dengan sebuah ciuman mesra di pipiku. “Puas?!” tanyanya berbisik. “He-eh” hanya itu jawabku. “Mau diterusin?!” tanyanya menantang, sambil menggoyang pinggulnya kedepan. Penisku masih tertanam dalam vaginanya, tapi sudah mulai mengkerut. “Ampun deh!” jawabku. Ia tertawa. “Kalo gitu bangun dong” pintanya. “Ntar dulu ah, masih enak nih” kataku manja. Ia tak berkata-kata lagi. Hanya tangannya mengelus rambutku, mesra. Sesekali ia mencium pipiku. Kemudian kami berpakaian.
Saya menyelipkan uang lima puluh ribu, bukan duapuluh ribu seperti yang dimintanya. Ia bertanya kenapa, saya jawab bayaran itu memang pantas untuk layanan yang telah diberikan. Ia berterima kasih sambil berkata bahwa saya tidak perlu sedermawan itu, karena ia sendiri mencapai kepuasan yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya. Kebanyakan pelanggannya langsung pergi setelah klimaks, tanpa memperdulikannya. Yang penting dibayar, pikir mereka. Ia bertanya apakah saya mau pulang, saya jawab ya. Ia lalu minta diantar dulu ke tepi jalan untuk cari kendaraan umum. Ia juga ingin pulang. Saya tanya kenapa tidak cari langganan lagi.
Dia bilang sudah puas, untuk apa lagi. Saya tanya apakah minggu depan ia ada disini, ia jawab ya dan ia akan tunggu di tempat yang sama, jika saya mau datang. Sebelum keluar gerbong ia memeluk dan menciumku, lama sekali. Seperti tidak mau berpisah denganku. Minggu depannya saya datang lagi kesitu, dan menunggu di bangku stasiun. Lama saya menunggunya, tetapi ia tidak muncul. Saya tanyakan kepada teman-temannya kemana dia pergi, kata mereka ia sudah tidak “jualan” lagi sejak malam bersama saya itu.
Saya tanya apakah ada yang tahu rumahnya, mereka bilang dia sudah pindah entah kemana. Mereka menggoda agar salah satu dari mereka dijadikan pengganti, tapi saya tidak mau. Sejak itu saya tidak pernah menemuinya lagi sampai saya kawin dan berkeluarga. Terima kasih Marni… Kau telah memberikan kenikmatan sekaligus pelajaran yang pertama buatku
 

Popular Posts

Visitor

Flag Counter


itupoker.net

Blogging World